Tuesday, June 7, 2011

METODE BELAJAR BAHASA INGGRIS

·        Pendahuluan

          Secara teoretis, argumen tentang pentingnya memahami gaya belajar peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal sudah menjadi simpulan utama. Masing-masing individu, termasuk peserta didik, memiliki gaya belajar berbeda. Senada dengan pendapat Mann dan Sabatino (1985) bahwa individu dengan IQ yang sama, kecakapan yang sama, dan kemampuan memproses informasi yang sama, dalam banyak hal akan berbeda dari cara mereka menerima sesuatu, cara berfikir, menyelesaikan berbagai persoalan, dan mengingat sesuatu.
            Hasil belajar optimal menurut Cutt (1984) akan diperoleh apabila beragam perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada peserta didik diakomodasi oleh guru melalui pilihan metoda mengajar dan materi ajar yang sesuai dengan gaya belajar (learning style) peserta didik. Naiman et al (1978) juga mengemukakan bahwa pengajaran bidang studi apapun, termasuk pengajaran bahasa Inggris, hanya bisa ditingkatkan kualitasnya, apabila guru memahami karakteristik peserta didik dengan baik termasuk gaya belajar mereka. Kemudian, informasi tentang peserta didik tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode, teknik mengajar, dan materi ajar yang sessuai dengan keberagaman gaya belajar peserta didik.
            Akan tetapi, dalam praktek pembelajaran, informasi dari peserta didik, termasuk gaya belajar, belum dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metoda, teknik, atau materi ajar pada hampir setiap tempat baik sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hargove dan Poteet (1994:27) bahwa, “one of the most neglected aspect of diagnostic activity with students is the determination of their unique learning style.” Hargove dan Poteet menempatkan aspek gaya belajar peserta didik menjadi bagian yang paling terlupakan untuk dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Davis (1989) percaya jika gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru sejalan, maka banyak hal-hal positif yang bisa dicapai secara optimal seperti suasana belajar yang menyenangkan, motivasi belajar dan minat siswa meningkat, dan hasil belajar yang semakin meningkat. Sebaliknya, kata Davis (1989:45), “If teachers’ teaching styles and students’ learning styles do not match, there is usually disappointment and frustration on both sides.”  Atas pertimbangan tersebut, gaya belajar bahasa Inggris siswa haruslah menjadi salah satu bagian pertimbangan yang penting bagi seorang guru. Kemudian melihat masih rendahnya nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) di Kota Padang termasuk bidang studi Bahasa Inggris, hal ini dapat ditimbulkan oleh belum sesuainya gaya belajar siswa dengan gaya mengajar guru.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di Kota Padang perlu diidentifikasi gaya belajar siswa. Hasil identifikasi ini akan bermanfaat sebagai pertimbangan bagi guru bahasa Inggris dalam pemilihan metoda, teknik atau materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar peserta didik. Pada gilirannya, diharapkan, kualitas pembelajaran bahasa Inggris akan menjadi lebih baik. Penelitian ini merupakan salah satu upaya nyata untuk mencapai tujuan tersebut.
            Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apa profil gaya belajar (learning style) bahasa Inggris siswa SMA Negeri 7 Kota Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2006?
            Gaya belajar sudah didefinisikan oleh beberapa ahli. Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar. Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan. Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran.
            Ehrman dan Oxford (1990:360) mengkalisifikasikan gaya belajar bahasa kedalam empat bagian utama: sensory preferences, personality types, desired degree of generality, and biological differences. Sensory preferences adalah cara belajar yang disenangi oleh seseorang yang terbagi kedalam empat bagian utama: visual, auditory, kinestetik, dan taktil. Siswa dengan gaya belajar visual lebih suka memproses informasi melalui simulasi visual. Kekuatan berada pada apa yang bisa mereka lihat. Bagi mereka belajar akan sulit dipahami tanpa dibantu oleh media yang dapat dilihat. Siswa dengan gaya belajar auditory lebih suka mendengar penjelasan. Kekuatan berada pada telinga. Siswa dengan gaya belajar kinestetik dan taktil, lebih suka dengan kegiatan yang menghendaki adanya gerakan seperti role play, drama, diskusi, atau debat. Mereka tidak suka belajar dengan hanya duduk dan mencatat.  
            Berdasarkan personality types, Oxford (2001) mengelompokkan siswa menjadi dua bagian: ekstrovet dan introvert. Siswa dengan gaya belajar ekstrovet lebih suka berinteraksi dengan orang lain untuk memperoleh pengetahuan. Mereka tidak malu bertanya kepada orang lain jika ada sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sebaliknya siswa dengan gaya belajar introvert lebih suka menganalisa sendiri, bekerja sendiri. Mereka kelihatan lebih tertutup untuk berinteraksi dengan orang lain. Gaya belajar ekstrovet dan introvert memiliki keuntungan kelebihan tersendiri. Siswa dengan gaya belajar ekstrovet lebih cepat berhasil kalau tujuan belajar bahasa untuk komunikasi lisan, sebaliknya, siswa dengan gaya belajar introvet lebih unggul pada kemampuan membaca dan penguasaan ketatabahasaan mereka lebih baik.
            Berdasarkan desired degree of generality, Oxford (2001) mengelompokkan siswa  atas global dan analitik. Siswa dengan gaya belajar global lebih suka kegiatan yang bersifat komunikatif. Sebaliknya, siswa dengan gaya belajar analitik, lebih suka mempelajari struktur bahasa. Dari segi perbedaan biologis, kesenangan belajar siswa dikelompokkan atas waktu, tempat, dan perilaku ketika belajar. Berdasaran tempat, sebagian siswa lebih luka belajar pagi, siang atau malam. Berdasarkan tempat, sebagian siswa lebih suka belajar di dalam kelas, atau di luar ruangan. Berdasarkan perilaku dalam belajar, sebagian siswa suka makanan kecil dalam belajar, sebagian yang lain lebih suka belajar sambil mendengarkan musik.
            Beberapa istilah gaya belajar juga sudah didokumentasikan. Witkin (1949) mengunakan istilah field-independent dan field-dependent. Kolb (1976) mengunakan istilah convergers, divergers, assimilators, dan accommodators. Gregorc (1982) mengunakan istilah concrete sequential, abstract sequential, abstract random, dan concrete random. Pengelompokkan yang digunaka oleh Willing (1988) digunakan sebagai standar pengelompokkan gaya belajar dalam penelitian ini. Model penegelompokkan ini didpilih menjadi standar karena pengelompokkan yang dilakukan adalah gaya belajar yang digunakan dalam mempelajari bahasa Inggris.  Willing mengelompokkan gaya belajar bahasa peserta didik kedalam empat bagian: concrete, analytical, authority-oriented, dan communicative. Ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar tersebut dapat dilihat pada Metodologi penelitian usulan penelitian ini.
          Beberapa penelitian tentang gaya belajar bahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Reid (1987) mengidentifikasi gaya belajar 1 388 mahasiswa asing dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya adalah, mahasiswa dari program study computer, teknik, dan kedokteran memiliki gaya belajar kinentetik dan auditory. Mahasiswa dari seluruh program studi kecuali yang berasal dari program studi Ilmu Pengetahuan Alam lebih suka belajar dalam kelompok. Beradasarkan asal negara, mahasiswa Korea lebih suka dengan gaya belajar visual, mahasiswa dari Cina dan Arab lebih suka dengan gaya belajar auditory, mahasiswa dari Thailand lebih suka dengan gaya belajar kinestetik. Penelitian lain dilakukan oleh Willing (1988) yang mengdentifikasi gaya belajar bahasa Inggris 517 imigran yang datang dari berbagai negara di Australia. Willing mengelompokkan empat gaya belajar bahasa Inggris imigran di Australia, yaitu: concrete, analytical, authority-oriented, dan communicative.
           Kajian teoritis dan empiris menunjukkan bahwa peserta didik memiliki gaya belajar yang bervariasi. Disamping itu, juga disimpulkan bahwa hasil belajar yang optimal akan dicapai jika pendekatan mengajar, metoda mengajar, teknik mengajar, materi ajar mengakomodasi gaya belajar peserta didik. Untuk itu, informasi tentang gaya belajar peserta didik perlu diketahui.

·        Metodologi

            Penelitian ini dikelompokkan pada jenis penelitian deskriptif karena tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan profil gaya belajar bahasa Inggris siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 7 Kota Padang. Sampel penelitian adalah dua kelas siswa kelas satu, dua kelas siswa kelas dua, dan dua kelas siswa kelas tiga. Sampel dipilih secara random dengan menggunakan teknik pemilihan klaster (cluster random sampling technique).
            Data dikumpulkan melalui kuisioner. Kuisioner dirancang dengan mengadopsi model Kuisioner yang digunakan oleh Willing (1988) dalam mengidentifikasi profil gaya belajar bahasa Inggris imigran yang bermukim di Australia. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis yang digunakan oleh Willing (1988). Gaya belajar bahasa Inggris siswa akan dikelompokkan pada empat kategori, yaitu: concrete, analytical, authority-oriented, dan communicative. Ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar tersebut menurut Willing (1988) adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Ciri-ciri Gaya Belajar Siswa (Willing, 1988)
Gaya Belajar
Karakteristik
Pembelajar Konkrit
(concrete learners)
1.     di kelas, mereka suka belajar dengan permainan.
2.     di kelas, mereka suka belajar dengan menonton film atau  video.
3.     mereka senang berdialog perpasangan.
4.     di rumah, mereka suka mendengarkan kaset.
5.     di kelas, mereka suka mendengarkan kaset.
6.     mereka suka dan mempraktekkan bahasa Inggris di luar kelas
Pembelajar analitis
(analytical learners)
1.     mereka suka mempelajari tatabahasa (grammar).
2.     di rumah mereka suska mempelajari buku bahasa Inggris.
3.     mereka suka belajar sendiri.
4.     mereka ingin guru memberi kesempatan untuk mencari ksalahan mereka secara mandiri.
5.     mereka ingin guru memberi mereka masalah untuk dipecahkan/dikerjakan.
6.     di rumah, mereka suka belajar dengan membaca koran.
Pembelajar yang Tergantung pada otoritas
(authority-oriented learners)
1.     mereka ingin guru memberikan aturan-aturan dari tata bahasa yang diajarkan.
2.     mereka suka jika guru memberitahu semua kesalahan mereka.
3.     Mereka suka guru menerangkan segala sesuatu kepada mereka.
4.     mereka suka mencatat semua penjelasan kedalam buku catatannya.
5.     mereka suka memiliki buku teks sendiri.
6.     di kelas, mereka suka belajar dengan membaca/menghafal.
7.     mereka suka belajar tata bahasa (grammar).
8.     mereka suka belajar kosakata bahasa inggris dengan melihatnya.
Pembelajar komunikatif
(communicative learners)
1.     mereka ingin guru memberikan kesempatan untuk menemukan sendiri aturan tata bahasa yang sedang dajarkan.
2.     mereka suka berbicara dengan penutur asli.
3.     mereka suka berbicara dengan teman dalam bahasa Inggris.
4.     di rumah, mereka suka menonton program TV  berbahasa Inggris.
5.     mereka suka menggunakan bahasa inggris di toko, bis, dll.
6.     mereka suka mempelajari kosakata dnegan mendengarnya.
7.     mereka suka belajar dengan percakapan.
8.     mereka ingin guru mengizinkan mereka menemukan kesalahan mereka sendiri.
                                                                                                                         

Karakteristik untuk setiap gaya belajar dijadikan satu item pada Kuisioner. Setiap item Kuisioner disediakan empat alternatif jawaban: tidak setuju, sangat tidak setuju, setuju, sangat setuju. Masing-masing alternatif jawaban diberi bobot nilai yang berbeda:

1 untuk tidak setuju;
2 untuk  , sangat tidak setuju;
3 untuk setuju; dan
4 untuk jawaban sangat setuju.
Gaya belajar bahasa Inggris masing-masing peserta ditentukan oleh nilai rata-rata tertinggi yang dimiliki oleh peserta untuk keempat gaya belajar tersebut. Misalnya, nilai rata-rata peserta A untuk keempat gaya belajar tersebut adalah:
·        concrete = 2,5;
·        analytical = 3,6;
·        authority-oriented = 2,6; dan
·        communicative = 2,3.
Maka gaya belajar peserta A yang lebih dominan adalah gaya belajar analytical.